Pak Harto (mantan Presiden yang sudah almarhum) semasa hidup konon pernah memelihara atau beternak parkit untuk menambah penghasilan keluarga. Waktu itu Soeharto masih tinggal di Solo dan menjadi seorang komandan. Binatang hasil ternakannya, lalu ia jual. Agar usahanya berhasil, lelaki itu tak segan-segan melakukan inovasi. Misalnya, soal pakan ternak ia memberikan alternatif lain, ngirit biaya pengeluaran.
“Karena jawawut (pakan utama parkit) mahal, makannya saya ganti beras merah. Hasilnya cukup bagus, ” ungkapnya sambil tersenyum, mengenang masa lalu. Nah berapa keuntungannya? Untuk soal itu, Soeharto tidak ikut campur. Masalah itu, sebagaimana dikutip agroburung. com dari http://bechipersda. blogspot. com, ditangani sang istri, Ibu Tien.
Apakah beternak parkit memang menguntungkan? Bagaimana manajemen ternaknya? Berikut ini serba sedikit mengenai beternak parkit yang dikutip agroburung. com darihttp://www. dobisnis. com, yang menulis begini.
Shaw, seorang penulis buku Zoologi of New Holland memberi nama burung mungil ini dengan sebutan Melopsittacus undulates. Melopsittacus berasal dari bahasa yunani, melos yang artinya nyanyian dan psittacua yang merupakan sebutan bagi kerabat burung betet. Sedangkan undulus dari bahasa latin yang berarti bercorak. Corak bergelombang inilah yang mungkin berkaitan dengan warna bulu burung parkit yang bermacam-macam.